Teknologi quantum kini jadi medan baru persaingan politik global. Negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa berlomba menguasai superkomputer quantum untuk kepentingan ekonomi, militer, dan diplomasi.
Quantum computer memiliki kekuatan komputasi jutaan kali lipat lebih cepat daripada komputer konvensional. Dengan teknologi ini, kode enkripsi yang selama ini aman bisa dibobol dalam hitungan detik. Hal ini menimbulkan kekhawatiran global tentang keamanan data.
AS memimpin dari sisi investasi swasta, dengan perusahaan raksasa seperti Google, IBM, dan Microsoft. Sementara itu, Tiongkok gencar membangun laboratorium nasional dan universitas riset yang fokus pada quantum supremacy.
Keunggulan terbesar quantum bukan hanya dalam enkripsi, tapi juga simulasi kimia dan fisika yang dapat merevolusi dunia farmasi, energi, hingga pertahanan.
Namun, dampaknya bisa berbahaya jika dikuasai hanya oleh segelintir negara. Dunia khawatir quantum akan menciptakan “senjata digital” baru yang memperbesar ketimpangan kekuatan geopolitik.
PBB dan beberapa organisasi internasional mulai menyerukan kerja sama global untuk mengatur pemanfaatan teknologi ini agar tidak disalahgunakan.
Meski begitu, persaingan terus memanas. Setiap negara ingin menjadi yang pertama mencapai dominasi quantum karena tahu bahwa pemenangnya akan memegang kunci masa depan.
Politik quantum kini bukan lagi fiksi ilmiah, melainkan realitas yang bisa menentukan siapa penguasa dunia dalam abad ke-21.