0
0
Web3 adalah evolusi internet yang menjanjikan desentralisasi, berfokus pada kepemilikan data oleh pengguna melalui teknologi blockchain dan smart contracts. Pertanyaan besarnya adalah: apakah teknologi decentralized ini sudah matang dan siap untuk menggantikan dominasi platform raksasa (Big Tech) yang menguasai Web2?
Inti dari Web3 adalah transfer kekuasaan dan nilai dari perusahaan terpusat (seperti media sosial dan e-commerce) kembali ke individu. Melalui Decentralized Autonomous Organizations (DAO) dan token, pengguna dapat memiliki saham dan berpartisipasi dalam tata kelola platform yang mereka gunakan.
Secara teknologi, Web3 masih menghadapi tantangan besar dalam hal skalabilitas, kecepatan transaksi, dan pengalaman pengguna (user experience). Platform Web2 saat ini menawarkan kecepatan dan kemudahan yang sulit ditandingi oleh aplikasi decentralized yang masih sering kompleks dan mahal.
Di Indonesia, adopsi Web3 sebagian besar masih terbatas pada aset kripto dan NFT (Non-Fungible Tokens). Agar bisa menggantikan platform raksasa, Web3 perlu menawarkan kasus penggunaan yang lebih relevan untuk masyarakat umum, seperti identitas digital yang aman dan layanan keuangan yang benar-benar tanpa perantara.
Intisari: Masa depan Web3 sebagai pengganti platform raksasa bergantung pada kemampuannya mengatasi tantangan skalabilitas, kecepatan, dan user experience. Meskipun menawarkan desentralisasi dan kepemilikan data, adopsi Web3 di Indonesia masih memerlukan kasus penggunaan yang lebih relevan dan mudah diakses oleh masyarakat luas.
