0
0
Boston – Keberhasilan cepat teknologi mRNA (messenger RNA) dalam mengembangkan vaksin COVID-19 telah membuka pintu bagi penelitian medis yang jauh lebih ambisius: Vaksin Kanker. Vaksin kanker yang dikembangkan dengan teknologi mRNA bekerja bukan untuk mencegah penyakit, tetapi untuk melatih sistem kekebalan tubuh pasien agar mengenali dan menghancurkan sel-sel tumor yang sudah ada.
Alih-alih menyuntikkan virus yang dilemahkan, vaksin mRNA menginstruksikan sel-sel tubuh pasien untuk memproduksi protein spesifik (antigen) yang hanya ditemukan pada sel kanker pasien tersebut (bersifat personalisasi). Sistem kekebalan kemudian belajar mengenali antigen tersebut sebagai musuh dan melancarkan serangan terfokus ke tumor. Uji klinis awal untuk melanoma dan kanker pankreas menunjukkan hasil yang menjanjikan, terutama bila dikombinasikan dengan terapi imunoterapi tradisional.
Meskipun masih dalam tahap awal dan tantangan seperti biaya produksi serta menentukan target antigen yang tepat masih besar, para ilmuwan optimis bahwa vaksin kanker berbasis mRNA dapat mengubah prognosis penyakit onkologi dalam dekade mendatang. Hal ini menandai pergeseran besar dalam pengobatan kanker, dari kemoterapi yang merusak menjadi solusi imunoterapi yang sangat presisi.
