Militer dunia mulai beralih ke kendaraan ramah lingkungan dengan menghadirkan truk hidrogen untuk keperluan logistik dan perang.
Truk ini menggunakan sel bahan bakar hidrogen yang mampu memberikan tenaga besar tanpa menghasilkan emisi berbahaya. Bagi militer, keuntungan utamanya adalah kebisingan yang jauh lebih rendah, membuat armada lebih sulit dideteksi musuh.
Selain itu, truk hidrogen dapat beroperasi lebih lama dibanding truk diesel biasa karena pengisian bahan bakar relatif cepat. Ini sangat penting dalam operasi militer yang membutuhkan mobilitas tinggi.
Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok sudah melakukan uji coba prototipe di berbagai medan perang simulasi. Hasilnya cukup menjanjikan meski masih ada kendala teknis.
Tantangan terbesar adalah infrastruktur pengisian hidrogen yang masih terbatas. Dalam konteks militer, hal ini bisa menjadi kerentanan jika logistik bahan bakar tidak dikelola dengan baik.
Namun, investasi besar terus mengalir ke sektor ini karena dianggap masa depan kendaraan militer. Truk hidrogen juga bisa dimodifikasi untuk mengangkut senjata, suplai makanan, atau bahkan dijadikan pusat komando bergerak.
Jika berhasil diadopsi luas, truk militer hidrogen bisa mengubah wajah peperangan modern—lebih sunyi, lebih cepat, dan lebih ramah lingkungan.
Perang masa depan mungkin tidak lagi meninggalkan jejak asap hitam, melainkan senyap dengan energi hijau.